Berlalulah tahun-tahun yang cukup panjang dari wafatnya Musa. Setelah
Nabi Musa, datanglah para nabi dan mereka telah mati dan anak-anak
Israil setelah Musa telah kalah. Kitab suci mereka telah hilang, yaitu
Taurat. Ketika Taurat telah hilang dari dada mereka maka ia pun
tercabut dari tangan mereka. Musuh-musuh mereka menguasai peti
perjanjian yang di dalamnya terdapat peninggalan keluarga Musa dan
Harun. Bani Israil terusir dari keluarga mereka dan rumah mereka.
Keadaan mereka sungguh sangat tragis. Kenabian telah terputus dari
cucu Lawi, dan tidak tersisa dari mereka kecuali seorang wanita yang
hamil yang berdoa kepada Allah s.w.t agar Dia memberinya anak laki-
laki. Lalu ia melahirkan anak laki-laki dan menamainya dengan nama
Asymu'il yang dalam bahasa Ibrani bererti Ismail. Yakni Allah s.w.t
mendengar doaku.
Ketika anak itu tumbuh dewasa, ibunya itu mengirimnya ke masjid dan
menyerahkannya kepada lelaki soleh agar belajar kebaikan dan ibadah
darinya. Anak itu berada di sisinya. Pada suatu malam - ketika ia telah
menginjak dewasa - ia tidur, lalu ia mendengar ada suara yang datang
dari sisi masjid. Ia bangun dalam keadaan ketakutan dan mengira bahawa
syeikh atau gurunya memanggilnya. Ia segera menuju gurunya dan
bertanya: "Apakah engkau memang memanggilku?" Guru itu tidak ingin
menakut-nakutinya maka ia berkata:
"Ya, ya." Anak itu pun tidur kembali. Kemudian suara itu lagi-lagi memanggilnya untuk kedua kalinya dan ketiga hingga ia bangun dan melihat malaikat Jibril memanggilnya: "Tuhanmu telah mengutusmu kepada kaummu." Pada suatu hari, Bani Israil menemui nabi yang mulia ini. Mereka bertanya kepadanya: "Tidakkah kami orang-orang yang teraniaya?" Dia menjawab: "Benar." Mereka berkata: "Tidakkah kami orang-orang yang terusir?" Dia menjawab: "Benar." Mereka mengatakan: "Kirimkanlah untuk kami seorang raja yang dapat mengumpulkan kami di bawah satu bendera agar kita dapat berperang di jalan Allah s.w.t dan agar kita dapat mengembalikan tanah kita dan kemuliaan kita." Nabi mereka berkata kepada mereka dan tentu ia lebih tahu daripada mereka: "Apakah kalian yakin akan menjalankan peperangan jika diwajibkan peperangan atas kalian?"
"Ya, ya." Anak itu pun tidur kembali. Kemudian suara itu lagi-lagi memanggilnya untuk kedua kalinya dan ketiga hingga ia bangun dan melihat malaikat Jibril memanggilnya: "Tuhanmu telah mengutusmu kepada kaummu." Pada suatu hari, Bani Israil menemui nabi yang mulia ini. Mereka bertanya kepadanya: "Tidakkah kami orang-orang yang teraniaya?" Dia menjawab: "Benar." Mereka berkata: "Tidakkah kami orang-orang yang terusir?" Dia menjawab: "Benar." Mereka mengatakan: "Kirimkanlah untuk kami seorang raja yang dapat mengumpulkan kami di bawah satu bendera agar kita dapat berperang di jalan Allah s.w.t dan agar kita dapat mengembalikan tanah kita dan kemuliaan kita." Nabi mereka berkata kepada mereka dan tentu ia lebih tahu daripada mereka: "Apakah kalian yakin akan menjalankan peperangan jika diwajibkan peperangan atas kalian?"
Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak berperang di jalan Allah s.w.t
sedangkan kami telah terusir dari negeri kami, dan anak-anak kami pun
terusir serta keadaan kami makin memburuk." Nabi mereka berkata:
"Sesungguhnya Allah s.w.t telah mengutus Thalut sebagai penguasa bagi
kalian." Mereka berkata: "Bagaimana ia menjadi penguasa atas kami
sedangkan kami lebih berhak mendapatkan kekuasaan itu daripadanya.
Lagi pula, ia bukan seorang yang kaya, sedangkan di antara kami ada
orang yang lebih kaya daripadanya."
Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah s.w.t memilihnya atas kalian
kerana ia memiliki keutamaan dari sisi ilmu dan fizik. Dan Allah s.w.t
memberikan kekuasaan-Nya kepada siapa pun yang Dia kehendaki."
Mereka berkata: "Apa tanda kekuasaa-Nya?" Nabi menjawab: "Kitab
Taurat yang dirampas musuh kalian akan kembali kepada kalian. Kitab itu
akan dibawa oleh para malaikat dan diserahkan kepada kalian. Ini adalah
tanda kekuasaan-Nya." Mukjizat tersebut benar-benar terjadi di mana
pada suatu hari Taurat kembali kepada mereka.
Pembentukan pasukan Thalut dimulai. Thalut telah menyiapkan
tenteranya untuk memerangi Jalut. Jalut adalah seseorang yang perkasa
dan penantang yang hebat di mana tak seorang pun mampu
mengalahkannya. Pasukan Thalut telah siap. Pasukan berjalan dalam
waktu yang lama di tengah-tengah gurun dan gunung sehingga mereka
merasakan kehausan. Raja Thalut berkata kepada tenteranya: "Kita akan
menemui sungai di jalan. Barang siapa yang meminumnya maka
hendaklah ia akan keluar dari pasukan dan barang siapa yang tidak
mengicipinya dan hanya sekadar membasahi kerongkongannya maka ia
akan dapat bersamaku dalam pasukan."
Akhirnya, mereka mendapati sungai dan sebahagian tentera minum
darinya dan kemudian mereka keluar dari barisan tentera. Thalut telah
menyiapkan ujian ini untuk mengetahui siapa di antara mereka yang
mentaatinya dan siapa yang membangkangnya; siapa di antara mereka
yang memiliki tekad yang kuat dan mampu menahan rasa haus dan siapa
yang memiliki keinginan yang lemah dan mudah menyerah.
Thalut berkata kepada dirinya sendiri: "Sekarang kami mengetahui orang-
orang yang pengecut sehingga tidak ada yang bersamaku kecuali orang-
orang yang berani." Jumlah pasukan memang berpengaruh tetapi yang
paling penting dalam pasukan adalah, sifat keberanian dan iman, bukan
semata-mata jumlah dan senjata. Lalu datanglah saat-saat yang
menentukan bagi pasukan Thalut. Mereka berdiri di depan pasukan
musuhnya, Jalut. Jumlah pasukan Thalut sedikit sekali tetapi pasukan
Musuh sangat banyak dan kuat.
Sebahagian orang-orang yang lemah dari pasukan Thalut berkata:
"Bagaimana mungkin kita dapat mengalahkan pasukan yang perkasa itu?"
Kemudian orang-orang mukmin dari pasukan Thalut menjawab: "Yang
penting dalam pasukan adalah keimanan dan keberanian. Berapa banyak
kelompok yang sedikit mampu mengalahkan kelompok yang banyak
dengan izin Allah s.w.t." Allah s.w.t berfirman:
"Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil
sesudah nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang nabi
mereka: 'Angkatlah untuk kami seorang raja agar kami berperang (di
bawah pimpinannya) dijalan Allah. Nabi mereka menjawab: 'Mungkin
sekali jika kamu diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang.'
Mereka menjawab: 'Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah,
padahal kami sesungguhnya telah diusir dari kampung halaman kami
dan dari anak-anak kami.' Maka tatkala perang itu diwajibkan atas
mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang yang saja di
antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang lalim.
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: 'Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Thalut menjadi rajamu.' Mereka menjawab: 'Bagaimana
Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan
pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan
yang banyak?' (Nabi mereka) berkata: 'Sesungguhnya Allah telah
memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahi ilmu yang luas dan
tubuh yang perkasa.' Allah memberikan pemerintahan kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas Pemberian-Nya lagi Maha
Mengetahui. Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
'Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut
kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa
dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa
oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda
bagimu, jika kamu orang yang beriman. Maka tatkala Thalut keluar
membawa tenteranya, ia berkata: 'Sesungguhnya Allah akan menguji
kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum
airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya,
kecuali mencedok secedok tangan, maka ia adalah pengikutku.
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara
mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama
dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum
berkata: 'Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan
Jalut dan tenteranya' Orang-orang yang meyakini bahawa mereka
akan menemui Allah berkata: 'Berapa banyak yang terjadi golongan
yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin
Allah. Dan Allah berserta orang-orang yang sabar.'" (QS. al-Baqarah:
246-249)
Jalut tampak membawa baju besinya bersama pedangnya. Tampaknya ia
menantang seseorang untuk berlawan dengannya. Semua tentera Thalut
merasa takut untuk menghadapinya. Di saat-saat tegang ini, muncullah
dari pasukan Thalut seorang penggembala kambing yang kecil, yaitu
Daud. Daud adalah seorang yang beriman kepada Allah s.w.t. Ia
mengetahui bahawa keimanan kepada Allah s.w.t adalah hakikat
kekuatan di alam ini, dan bahawa kemenangan bukan semata-mata
ditentukan banyaknya senjata dan kuatnya tubuh.
Daud maju dan meminta kepada raja Thalut agar mengizinkannya
berlawan dengan Jalut. Namun si raja pada hari pertama menolak
permintaan itu. Daud bukanlah seorang tentera, ia hanya sekadar
penggembala kambing yang kecil. Ia tidak memiliki pengalaman dalam
peperangan. Ia tidak memiliki pedang, senjatanya adalah potongan batu
bata yang digunakan untuk mengusir kambingnya. Meskipun demikian,
Daud mengetahui bahawa Allah s.w.t adalah sumber kekuatan yang
hakiki di dunia ini. kerana ia seorang yang beriman kepada Allah s.w.t,
maka ia merasa lebih kuat daripada Jalut.
Pada hari kedua, ia kembali meminta izin agar diberi kesempatan untuk
memerangi Jalut. Lalu raja memberikan izin kepadanya. Raja berkata
kepadanya: "Seandainya engkau berani memeranginya, maka engkau
menjadi pemimpin pasukan dan akan menikahi anak perempuanku." Daud
tidak peduli dengan iming-iming tersebut. Ia hanya ingin berperang dan
memenangkan agama. Ia ingin membunuh Jalut, seorang lelaki yang
sombong yang zalim dan tidak beriman kepada Allah s.w.t, Raja
mengizinkan kepada Daud untuk berlawan dengan jalut.
Daud maju dengan membawa tongkatnya dan lima buah batu serta
katapel. Jalut maju dengan dilapisi senjata dan baju besi. Jalut berusaha
mengejek Daud dan merendahkannya serta mentertawakan kefakirannya
dan kelemahannya. Kemudian Daud meletakkan batu yang kuat di atas
katapelnya, lalu ia melepaskannya di udara sehingga batu itu pun
meluncur dengan keras. Angin menjadi sahabat Daud kerana ia cinta
kepada Allah s.w.t sehingga angin itu membawa batu itu menuju ke dahi
Jalut. Batu itu membunuhnya. Jalut yang dibekali senjata yang lengkap
itu tersungkur ke tanah dan mati.
Daud, seorang penggembala yang baik, mengambil pedangnya. Dan
berkecamuklah peperangan di antara kedua pasukan. Peperangan dimulai
saat pemimpinnya terbunuh dan rasa ketakutan menghinggapi seluruh
pasukannya, sedangkan pasukan yang lain dipimpin oleh seorang
penggembala kambing yang sederhana.
Allah s.w.t berfirman:
"Tatkala mereka tampak oleh jalut dan tenteranya, mereka pun
berdoa: 'Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan
kukuhkanlah pendirian kami terhadap orang-orang kafir.' Mereka
(tentera Thalut) mengalahkan tentera Jalut dengan izin Allah
memberinya kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah
meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang
dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan)
sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rosaklah bumi
ini. Tetapi Allah mempunyai kurnia (yang dicurahkan) atas semesta
alam." (QS. al-Baqarah: 250-251)
Setelah Daud membunuh jalut, ia mencapai puncak kebenaran di tengah-
tengah kaumnya sehingga ia menjadi seorang lelaki yang paling terkenal
di kalangan Bani Israil. Beliau menjadi pemimpin pasukan dan suami dari
anak perempuan raja. Namun Daud tidak begitu gembira dengan semua
ini. Beliau tidak bertujuan untuk mencapai kebenaran atau kedudukan
atau kehormatan, tetapi beliau berusaha untuk menggapai cinta Allah
s.w.t. Daud telah diberi suatu suara yang sangat indah dan
mengagumkan. Daud bertasbih kepada Allah s.w.t dan mengagungkan-
Nya dengan suaranya yang menarik dan mengundang decak kagum. Oleh
kerana itu, setelah mengalahkan Jalut, Daud bersembunyi. Beliau pergi
ke gurun dan gunung. Beliau merasakan kedamaian di tengah-tengah
makhluk-makhluk yang lain. Di saat mengasingkan diri, beliau bertaubat
kepada Allah s.w.t.
Allah s.w.t berfirman:
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia Kami.
(Kami berfirman): 'Hai gunung-gunung dan burung-burung,
bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud', dan Kami telah
melunakkan besi padanya. (Yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar
dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang soleh.
Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Saba': 10-
11)
"Dan telah Kami tundukan gunung-gunung dan burung-burung, semua
bertasbih bersama Daud, dan Kamilah yang melakukannya. Dan telah
Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi kepada kamu, guna
memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu
bersyukur (kepada Allah)." (QS. al-Anbiya': 79-80)
Ketika Daud duduk, maka ia bertasbih kepada Allah s.w.t dan
memuliakan-Nya. Allah s.w.t memilih Daud sebagai Nabi dan
memberinya Kitab Zabur. Allah s.w.t berfirman:
"Dan Kami berikan Kitab Zabur kepada Daud." (QS. al-Isra': 55)
Zabur adalah kitab suci seperti Kitab Taurat. Daud membaca kitab
tersebut dan bertasbih kepada Allah s.w.t. Saat beliau bertasbih,
gunung-gunung juga ikut bertasbih, dan burung-burung pun berkumpul
bersama beliau.
Allah s.w.t berfirman:
"Dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan;
sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami
menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di
waktu pagi dan petang, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung
dalam keadaan terkumpul. Masing-masing amat taat kepada Allah.
Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan hikmah dan
kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan." (QS. Shad: 17-20)
Gurun terbentang sehingga mencapai ufuk. Ini adalah hari puasa Daud.
Nabi Daud berpuasa pada suatu hari dan berbuka pada hari yang lain.
Inilah yang disebut dengan Shiam ad-Dahr. Daud membaca Kitab Zabur
dan merenungkan ayat-ayatnya. Gunung-gunung bertasbih bersamanya.
Gunung menyempurnakan pembacaan ayat tersebut, dan terkadang
beliau diam sementara gunung itu menyempurnakan tasbihnya. Bukan
hanya gunung yang bertasbih bersama beliau, burung-burung pun ikut
bertasbih. Ketika Daud mulai membaca Kitab Zabur yang suci maka
burung-burung, binatang-binatang buas, dan pohon-pohon pun berkumpul
di sisinya, bahkan gunung-gunung ikut bertasbih. Bukan hanya kerana
ketulusan Daud yang menjadi penyebab bertasbihnya gunung-gunung
atau burung-burung bersama beliau; bukan hanya keindahan suaranya
yang menjadi penyebab bertasbihnya makhluk-makhluk yang lain
bersama beliau, namun ini adalah mukjizat dari Allah s.w.t kepadanya
sebagai Nabi yang memiliki keimanan yang agung, yang cintanya kepada
Allah s.w.t sangat tulus. Bukan hanya ini mukjizat yang diberikan kepada
beliau, Allah s.w.t juga memberinya ilmu atau kemampuan untuk
memahami bahasa burung dan haiwan-haiwan yang lain.
Pada suatu hari, beliau merenung dan mendengarkan ocehan burung yang
berdialog satu sama lain. Lalu beliau mengerti apa yang dibicarakan
burung-burung itu. Allah s.w.t meletakkan cahaya dalam hatinya
sehingga ia memahami bahasa burung dan bahasa haiwan-haiwan yang
lain. Daud sangat mencintai haiwan dan burung. Beliau berlemah lembut
kepada haiwan-haiwan itu, bahkan beliau merawatnya ketika haiwan-
haiwan itu sakit sehingga burung-burung dan binatang yang lain pun
mencintainya. Di samping kemampuan memahami bahasa burung, Allah
s.w.t juga memberinya hikmah (ilmu pengetahuan). Ketika Daud
memperoleh ilmu dari Allah s.w.t atau ketika ia mendapatkan mukjizat
maka bertambahlah rasa cintanya kepada Allah s.w.t dan bertambah
juga rasa syukumya kepada-Nya, begitu juga ibadahnya semakin
meningkat. Oleh kerana itu, beliau berpuasa pada suatu hari dan berbuka
pada hari yang lain. Allah s.w.t sangat mencintai Daud dan memberinya
kerajaan yang besar. Dan masalah yang dihadapi oleh kaumnya adalah,
banyaknya peperangan di zaman mereka. kerana itu, pembuatan baju
besi sangat penting. Baju besi yang dibuat oleh para ahli sangat berat
sehingga seorang yang berperang tidak mudah bergerak dengan bebas
ketika memakai baju besi itu.
Pada suatu hari, Nabi Daud duduk sambil merenungkan masalah tersebut
dan di depan beliau ada potongan besi yang beliau main-mainkan. Tiba-
tiba, beliau mengetahui bahawa tangannya dapat membikin besi itu
lunak. Allah s.w.t memang telah melunakkan besi bagi Daud. Lalu Daud
memotong-motongnya dan membentuknya dalam potongan-potongan
kecil dan melekatkan sebahagian pada yang lain, sehingga beliau mampu
membuat baju besi yang baru, yaitu baju besi yang terbentuk dari
lingkaran-lingkaran besi yang jika dipakai oleh seseorang yang berperang
maka ia akan leluasa untuk bergerak dan tubuhnya tetap terlindung dari
pedang dan kapak. Baju besi itu lebih baik dari semua baju besi yang ada
pada saat itu.
Allah s.w.t melunakkan baju besi baginya. Yakni, Nabi Daud adalah orang
yang pertama kali menemukan bahawa besi dapat menjadi leleh dengan
api dan ia dapat dibentuk menjadi ribuan rupa. Kami merasa puas
dengan tafsir seperti ini. Nabi Daud bersyukur kepada Allah s.w.t.
Kemudian banyak fabrik-fabrik berdiri untuk membuat baju besi yang
baru. Ketika selesai pembuatan baju besi itu dan diberikan kepada
pasukannya maka musuh-musuh Daud mengetahui bahawa pedang
mereka tidak akan mampu menembus baju besi ini. Baju besi yang
dipakai oleh para musuh itu sangat berat dan dapat ditembusi oleh
pedang. Baju besi yang mereka pakai tidak membuat mereka bergerak
dengan bebas dan tidak dapat melindungi mereka saat berperang, tidak
demikian halnya dengan baju besi yang dibuat oleh Nabi Daud. Setiap
peperangan yang diikuti oleh tentera Daud maka beliau selalu
mendapatkan kemenangan; setiap kali beliau memasuki kancah
peperangan maka beliau merasakan kemenangan. Beliau mengetahui
bahawa kemenangan ini semata-mata datangnya kerana Allah s.w.t
sehingga rasa syukurnya kepada-Nya semakin bertambah dan tasbih yang
beliau lakukan pun semakin meningkat serta kecintaan kepada Allah
s.w.t pun semakin bergelora.
Ketika Allah s.w.t mencintai seorang nabi atau seorang hamba dari
hamba-hamba-Nya maka Dia menjadikan manusia juga mencintainya.
Manusia mencintai Nabi Daud sebagaimana burung-burung, haiwan-
haiwan, dan gunung-gunung pun mencintainya. Raja melihat hal yang
demikian itu lalu timbullah rasa cemburu dalam dirinya. Ia mulai
berusaha untuk menyakiti Nabi Daud dan membunuhnya. Ia menyiapkan
pasukan untuk membunuh Daud. Daud mengetahui bahawa raja cemburu
kepadanya. Oleh kerana itu, beliau tidak memerangi raja namun apa
yang beliau lakukan? Beliau mengambil pedang raja saat ia tidur lalu
beliau memotong sebahagian dari pakaiannya dengan pedang itu.
Kemudian beliau membangunkan raja dan berkata kepadanya: "Wahai
raja, engkau telah berencana untuk membunuhku, namun aku tidak
membencimu dan tidak ingin membunuhmu. Seandainya aku ingin
membunuhmu maka aku lakukan saat engkau tidur. Ini bajumu telah
terpotong. Aku telah memotongnya saat engkau tidur. Aku bisa saja
memotong lehermu sebagai ganti dari memotong baju itu, tetapi aku
tidak melakukannya. Aku tidak suka untuk menyakiti seseorang pun.
Ajaran yang aku bawa hanya berisi cinta dan kasih sayang, bukan
kebencian. Raja menyedari bahawa dirinya salah dan ia meminta maaf
kepada Daud."
Kemudian berlalulah hari demi hari dan raja terbunuh dalam suatu
peperangan yang tidak diikuti oleh Nabi Daud, kerana raja itu cemburu
kepadanya dan menolak bantuannya. Setelah itu, Nabi Daud menjadi
raja. Masyarakat saat itu mengetahui bahawa Daud melakukan apa saja
demi kebaikan dan kebahagiaan mereka sehingga mereka rela untuk
menjadikannya raja bagi mereka. Jadi, Daud menjadi Nabi yang diutus
oleh Allah s.w.t sekaligus menjadi raja. Kekuasaan tersebut justru
meningkatkan rasa syukur kepada Allah s.w.t dan meningkatkan
ibadahnya kepada-Nya serta mendorong beliau untuk lebih meningkatkan
kebaikan dan menyantuni orang-orang fakir serta menjaga kepentingan
masyarakat umum.
Allah s.w.t memperkuat kerajaan Daud. Allah selalu menjadikannya
menang ketika melawan musuh-musuhnya. Allah menjadikan kerajaannya
sangat besar sehingga ditakuti oleh musuh-musuhnya meskipun tidak
dalam peperangan. Allah menambah nikmat-Nya kepada Daud dalam
bentuk memberinya hikmah. Selain memberi kenabian kepada Daud,
Allah s.w.t memberi hikmah dan kemampuan untuk membezakan
kebenaran dari kebatilan. Nabi Daud mempunyai seorang anak yang
bernama Sulaiman. Sulaiman adalah anak yang cerdas dan kecerdasannya
itu tampak sejak masa kecilnya. Usia Sulaiman mencapai sebelas tahun
ketika terjadi kisah ini. Allah s.w.t berfirman:
"Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan
keputusan mengenai tanaman, kerana tanaman itu dirosaki oleh
kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan
keputusan yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan
pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan
kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu. "
(QS. al-Anbiya': 78-79)
Seperti biasanya, Daud duduk dan memberikan keputusan hukum kepada
manusia dan menyelesaikan persoalan mereka. Seorang lelaki pemilik
kebun datang kepadanya disertai dengan lelaki yang lain. Pemilik kebun
itu berkata kepadanya: "Tuanku wahai Nabi, sesungguhnya kambing laki-
laki ini masuk ke kebunku dan memakan semua anggur yang ada di
dalamnya. Aku datang kepadamu agar engkau menjadi hakim bagi kami.
Dan aku menuntut ganti rugi."
Daud berkata kepada pemilik kambing: "Apakah benar bahawa
kambingmu memakan kebun lelaki ini?" Pemilik kambing itu berkata:
"Benar wahai tuanku." Daud berkata: "Aku telah memutuskan untuk
memberikan kambingmu sebagai ganti dari apa yang telah dirosaki oleh
kambingmu." Sulaiman berkata: "Allah telah memberinya hikmah di
samping ilmu yang diwarisi dari ayahnya - aku memiliki hukum yang lain,
wahai ayahku." Daud berkata: "Katakanlah wahai Sulaiman." Sulaiman
berkata: "Aku memutuskan agar pemilik kambing mengambil kebun laki-
laki ini yang buahnya telah dimakan oleh kambingnya. Lalu hendaklah ia
memperbaikinya dan menanam di situ sehingga tumbuhlah pohon-pohon
anggur yang baru. Dan aku memutuskan agar pemilik kebun itu
mengambil kambingnya sehingga ia dapat mengambil manfaat dari
bulunya dan susunya serta makan darinya. Jika pohon anggur telah besar
dan kebun tidak rosak atau kembali seperti semula, maka pemilik kebun
itu dapat mengambil kembali kebunnya dan begitu juga pemilik kambing
pun dapat mengambil kambingnya." Daud berkata: "Ini adalah keputusan
yang hebat wahai Sulaiman. Segala puji bagi Allah s.w.t yang telah
memberimu hikmah ini. Engkau adalah Sulaiman yang benar-benar
bijaksana." Nabi Daud - meskipun kedekatannya kepada Allah s.w.t dan
kecintaannya kepada-Nya - selalu belajar kepada Allah s.w.t. Allah s.w.t
telah mengajarinya agar ia tidak memutuskan suatu perkara kecuali
setelah ia mendengar perkataan kedua belah pihak yang bertikai.
Pada suatu hari Nabi Daud duduk di mihrabnya yang di situ ia solat dan
beribadah. Ketika ia memasuki kamarnya, ia memerintahkan para
pengawalnya untuk tidak mengizinkan seseorang pun masuk menemuinya
atau mengganggunya saat ia solat. Tiba-tiba, beliau dikejutkan ketika
melihat dua orang lelaki berdiri di hadapannya. Daud takut kepada
mereka berdua kerana mereka berani masuk, padahal ia telah
memerintahkan agar tak seorang pun masuk menemuinya. Daud bertanya
kepada mereka: "Siapakah kalian berdua?" Salah seorang lelaki itu
berkata: "Janganlah takut wahai tuanku. Aku dan laki-laki ini berselisih
pendapat. Kami datang kepadamu agar kamu memutuskan dengan cara
yang benar." Daud bertanya: "Apa masalahnya?" Laki-laki yang pertama
berkata: "Saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan kambing
betina, sedangkan aku hanya mempunyai satu. Ia telah mengambilnya
dariku." Ia berkata: "Berikanlah kepadaku, lalu ia mengambilnya dariku."
Daud berkata tanpa mendengar pendapat atau argumentasi pihak yang
lain: 'Sesungguhnya dia telah berbuat lalim kepadamu dengan meminta
kambingmu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya
dari kebanyakan orang-orang yang berserakan itu sebahagian mereka
berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang
beriman.'
Daud terkejut ketika tiba-tiba dua orang itu menghilang dari
hadapannya. Kedua orang itu bersembunyi laksana awan yang menguap
di udara. Akhirnya, Daud mengetahui bahawa kedua lelaki itu adalah
malaikat yang diutus oleh Allah s.w.t kepadanya untuk memberinya
pelajaran: hendaklah ia tidak mengambil keputusan hukum di antara dua
orang yang berselisih kecuali setelah mendengar perkataan mereka
semua. Barangkali pemilik sembilan puluh sembilan kambing itu yang
benar. Daud tunduk dan bersujud serta rukuk kepada Allah s.w.t dan
meminta ampun kepada-Nya. Allah s.w.t berfirman:
"Dan sampaikah kepadamu berita orang-orang yang berperkara ketika
mereka memanjat pagar? Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu
ia terkejut dengan (kedatangan) mereka. Mereka berkata: 'Janganlah
kamu merasa takut, (kami) adalah dua orang yang berperkara yang
salah seorang dari kami berbuat lalim kepada yang lain; maka berilah
keputusan di antara kami dengan adil dan janganlah kamu
menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus.
Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan
ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja. Maka dia
berkata: 'Serahkanlah kambing itu kepadaku dan dia mengalahkan
aku dalam perdebatan.' Daud berkata: 'Sesungguhnya dia telah
berbuat lalim kepadamu dengan meminta kambingmu untuk
ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya dari kebanyakan
orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim
kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang soleh; dan amat sedikitlah mereka ini". Dan
Daud mengetahui bahawa kami mengujinya; maka ia meminta. ampun
kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. Maka Kami
ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya dia mempunyai
kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik." (QS.
Shad: 21-25)
Banyak cerita dongeng atau bohong yang disampaikan orang-orang Yahudi
tentang godaan yang dialami oleh Daud. Dikatakan bahawa ia tertarik
dengan isteri dari salah seorang pemimpin pasukannya lalu ia mengutus
pemimpin itu di suatu peperangan di mana ia mengetahui apa yang
terjadi dengannya. Kemudian Daud menguasai isterinya.
Itu adalah kepalsuan yang mengada-ada. Manusia yang hatinya
berhubungan dengan bintang tertinggi di langit dan tasbihnya
berhubungan dengan tasbih makhluk-makhluk dan benda-benda mati,
maka mustahil baginya untuk hanya melihat atau tertarik dengan
keindahan atau kecantikan wajah wanita atau fiziknya. Seseorang yang
melihat puncak keindahan di alam dan berhubungan dengannya secara
langsung dan menundukkannya dengan tasbihnya maka mustahil baginya
untuk tunduk kepada naluri seksual. Daud adalah seorang hamba Allah
s.w.t dan tidak mungkin ia menjadi hamba dari nalurinya sebagaimana
yang dikemukakan oleh cerita-cerita palsu Bani Israil.
Nabi Daud kembali menyembah Allah s.w.t dan bertasbih kepada-Nya
serta melantunkan senandung cinta kepada-Nya sampai akhir hayatnya.
Nabi Daud berpuasa sehari dan berbuka sehari. Sehubungan dengan itu,
Rasulullah saw bersabda: "Sebaik-baik puasa adalah puasanya Daud.
Beliau berpuasa satu hari dan berbuka satu hari. Beliau membaca Zabur
dengan tujuh puluh suara; beliau melakukan solat di tengah malam dan
menangis di dalamnya, dan kerana tangisannya segala sesuatu pun ikut
menangis, dan suaranya dapat menyembuhkan orang yang gelisah dan
orang yang menderita." Nabi Daud meninggal secara tiba-tiba
sebagaimana dikatakan oleh berbagai riwayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar